Neuroscience
Neuroscience mengemukakan bahwa sejak lahir manusia telah memiliki 100 – 200 milyar sel otak sebagai modal untuk siap dikembangkan dan diproses. Hasil dari pengembangan dan pemrosesan yang terjadi pada setiap neuron berbeda, tergantung sebesar dan sejauhmana individu tersebut menggunakan neuron-neuronnya untuk mengolah informasi. Semakin banyak atau sering seorang individu menggunakan “otaknya” untuk mengolah informasi, maka semakin banyak pula kaitan atau cabang yang terjadi dalam tiap-tiap neuron. Hal ini sejalan dengan cara kerja perkembangan sistem kompleks, bahwa kualitas kehidupan setiap individu berawal dari bagaimana individu memfungsikan neuron-neuron yang ada di otaknya sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi pertumbuhan intelektual kepribadian individu tersebut. Dampak dari kehadiran neuroscience adalah munculnya orientasi baru dalam pendidikan.
Konstitusi Intelegensi
Seperti telah diungkapkan pada pertemuan 1 (satu), bahwa perilaku manusia dikendalikan oleh fisik, kesadaran, dan ketidaksadaran. Ketidaksadaran (unconscious awareness) merupakan permulaan dari perkembangan yang ditandai dengan adanya reaksi refleks. Reaksi refleks terjadi karena pemrosesannya tidak sampai otak, melainkan hanya sampai tulang sum-sum. Berbeda dengan respon terkontrol (reaksi sadar) yang pada pemrosesannya sampai diolah ke otak. Penggabungan antara reaksi sadar dan reaksi refleks akan tercipta sebuah organisasi mental yang luas. Reaksi refleks bisa diatur dengan cara memberikan kondisi/mengkondisikan lingkungan yang sesuai (conditioning reflex).
Ahli rasionalis (Rene Descartes) mengemukakan bahwa individu memiliki 2 substansi heterogen yaitu kesadaran dan fisik. Kesadaran diibaratkan seperti sais yang melecut kudanya (fisik) agar selalu bergerak. Jadi antara kesadaran dan fisik terdapat kaitan yang sangat kuat (Cogito, ergo Sum = aku berpikir, karena itu saya ada).
Belahan Otak
Setiap individu dianugrahi dua belahan otak yang dalam fungsinya saling mendukung satu sama lain. Belahan otak kiri lebih bersifat konvergen/linear. Individu yang lebih condong ke belahan otak kirinya akan lebih mempunyai kemampuan berpikir logis, teratur, sistematis, dan rasional. Sebaliknya individu yang lebih condong ke belahan otak kanannya akan lebih mempunyai kemampuan holistik, imaginatif, kreatif, human, dan intuitif. Jadi, lebih bersifat divergen. Adanya teori tentang belahan otak ini mempengaruhi terhadap belajar dan psikologi belajar.
Konstelasi Belahan Otak
Belahan otak kiri terkait dengan proses (logis, sequential, verbal, incremental, dominan), seperti kerja seorang editor. Sedangkan belahan otak kanan terkait dengan pola (emosi, “leaps”, visual, holistic, hidden), seperti kerja generator. Dari konstelasi belahan otak ini, muncul cerebreactor yaitu hubungan antara otak dan aktivitas mentalnya. Cerebreactor bisa dianalogikan seperti reaktor nuklir yang memberitahu bagaimana energi diproses dalam syaraf.
Sumber: http://lussysf.multiply.com/journal/item/304
Kamis, 24 September 2009
Orientasi Baru dalam Psikologi-Resume Kuliah
Posted by
Harry Anggono
Labels:
Teaching Learning