Jumat, 25 September 2009

Undang Allah Saja-1

“Kami bermaksud mengundang Ustadz…”, begitu kata seorang kawan.
Beliau ini seorang ustadz sekaligus pimpinan madrasah di salah satu sudut kota/kabupaten Bekasi. Kawan ini bercerita bahwa madrasahnya “begitu-begitu saja” dalam dua belas terakhir ini. Khususnya ketika dari beliau lulus dari salah satu perguruan tinggi Islam dan memegang tampuk kepemimpinan. Sampe sekarang relatif ga ada perubahan. Untuk itulah beliau datang ke kediaman saya dan meminta agar saya berkenan hadir dalam acara penggalangan dana. Beliau mau mengundang masyarakat dalam
Sumber: satu kegiatan keagamaan.

“Terserah Ustadz, kapan sempatnya. Kami yang menyesuaikan,” begitu katanya, mempersilahkan saya yang menentukan waktu siapnya datang ke madrasah beliau.

(Maaf, saya harus menyudahi dulu tulisan ini. Anak saya nangis… Ntar saya terusin lagi sebelum shubuh. Notebook ini saya ga matiin. Supaya bangun, tahajjud dan bisa langsung ngetik lagi…).
***
… Alhamdulillah pagi ini ba’da shubuh saya masih bisa meneruskan tulisan ini. Sebelum shubuh tadi ga sempat nerusin.

Kawan-kawan DhuhaaCoffee, semalam kira-kira jam 24 saya menulis paragraf-paragraf kira di atas. Menulis untuk DhuhaaCoffee dengan judul “Undang Allah Saja”. Namun baru menulis satu dua paragraf, Abang Kun nangis dan keluar kamar menuju kamar saya dan istri. Terpaksa saya sudahi sebentar. Niat saya supaya saya bisa nerusin setelah Abang Kun tidur. Ternyata Abang Kun baru bisa tidur di jam 01.25. Wuah, saya sudah demikian ngantuk. Ya udah saya nawaitu nerusin nanti. Tapi setelah melewati apa yang saya alami semalam, saya pikir saya nulis tentang yang semalam saja. Seri yang “Undang Allah Saja”, saya terusin besok saja atau kapan gitu.

Mudah-mudahan Allah Yang Maha Mengetahui segala niat memaklumi saya menulis ini untuk keperluan Uswatun Hasanah (contoh baik), bukan sebagai keriyaan dan sum’ah (memperdengarkan amal saleh). Sebab yang mau saya ceritakan ini ada di tepian riya’ dan sum’ah, menceritakan amal sendiri dan ada yang saya lakukan lagi kemudiannya sehingga menambah seolah-olah bisa riya dan sum’ah. Di antaranya saya merekam bacaan Surah Yaasiin dari lisan saya ketika saya bacakan surah itu untuk anak saya, Abang Kun. Saya menyengaja merekamnya untuk memang didengar dan dipakai rekaman itu untuk waktu-waktu yang mendatang buat mereka yang memerlukan rekaman itu.

Sampe sini barangkali ada kawan-kawan DhuhaaCoffee yang bertanya-tanya, maksudnya apa Tadz?

Begini. Kemaren itu termasuk hari yang panjang buat saya, namun itulah hari-hari yang menyenangkan buat saya dan kami sekeluarga.

Dari siang, di pesantren ada acara. Di antara acaranya adalah jam 13 s/d jam 17 berlangsung pertemuan untuk membahas soal penyelenggaraan Majelis Dhuha Nasional. Yang datang adalah mereka-mereka yang akan memulai gerakan Majelis Dhuha Nasional. Di antara acara pertemuan itu, saya masih nerima-nerima tamu. Yah pepinter-pinter saja membaginya dengan orang rumah. Supaya masih bisa orang rumah merasakan saya sebagai suami dari istri saya dan ayah buat anak-anak saya. Alhamdulillah so far baik-baik saja.

Ba’da isya nya, semalam, masyarakat sekitar pondok ngumpul untuk tasyakuran dan do’a bersama untuk kelancaran dan kemudahan pembangunan pondok pesantren Daarul Qur’an tahap II. Selesai doa bersama jam 21. Bergantian dengan rombongan tamu kedua. Kawan-kawan lama. Ada yang dari luar kota langsung. Sehingga ada kewajiban lebih saya memperhatikan silaturahim mereka semua. Apalagi jadwal kedatangannya sudah saya ketahui sebelumnya. Saya tambah harus lagi lebih memperhatikan. Alhamdulillah, saya senang sekali menyambut mereka-mereka semua dan tetamu yang datang ke pondok. Yah, beginilah pelayan masyarakat. Pelayan ummat, begitu kata orang-orang menyebutnya.

Dari maghrib, istri saya sudah memberitahu, kalau Ncang (kakak perempuan mertua) akan pulang dulu ke rumahnya. Ncang ini orang yang saban harinya tinggal bersama-sama kami untuk bantu jaga anak-anak dan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang ringan-ringan. Dan ini cukup jadi masalah. Sebab kami punya empat anak. Salah satunya Abang Kun di atas. Abang Kun adalah putera kami yang ketiga. Di bawahnya ada Dede Haafidz. Kalo pada sehat semua, ga apa2. Ini pada ga sehat. Alhamdulillah, alhamdulillah. Ya Allah saya ceritakan ini sebab ada pengalaman yang bisa dishare barangkali ke kawan-kawan DhuhaaCoffee. Semoga Engkau tidak anggap ini sebagai riya’ dan sum’ah.

Pas pergantian dari masyarakat yang datang untuk tasyakuran dan do’a, ke penerimaan tetamu kawan-kawan lama, sms dari istri mulai masuk. Istri saya bilang, dia pun meriang. Rada kewalahan ngejagain anak-anak yang belum tidur. Istri saya meminta dengan halus agar saya mempercepat pulang dari pondok ke rumah. (Rumah saya dekat pondok juga). Istri saya cerita lewat sms, bahwa Abang Kun badannya panas tinggi. Saya jawab via sms juga, sambil nerima tamu, bahwa tamu-tamu yang datang ini kawan lama. Dan mereka jauh-jauh. Mereka meminta saya untuk diskusi tentang permasalahan mereka, dan diskusi tentang pengalaman hidup. Saya minta waktu sama istri saya, insya Allah mendekati jam 23 saya pulang. Saya tenangkan istri saya, bahwa saya insya Allah akan bacakan Surah Yaasiin untuk Abang Kun, dari kejauhan. Sambil nerima tamu, saya bisa baca Surah Yaasiin. Sebab saya hafal, he he he. Bacanya di dalam hati saja. Insya Allah saya bisa melakukan keduanya. Saya dan istri saya yakin, kalau membaca Surah Yaasiin ini banyak keutamaan. Salah satunya bisa dipakai untuk menidurkan anak, menenangkan anak, dan termasuk di urusan menurunkan panas anak. Istri saya mengizinkan saya. Barangkali aslinya ga ngizinin. Tapi mau bagaimana lagi kali. Serasa ga ada pilihan. Memang sebagai istri dan keluarga seorang ustadz, yah begini dah resikonya. Suka dinomorduakan. Saya kira, hampir sama dengan keluarga tentara, keluarga polisi, dan keluarga pejabat yang saleh. Masyarakat dan tugas, kadang lebih jadi nomor satu.

Ternyata saya pulang udah mendekati jam 24. Bukan jam 23.

(Saya potong dulu tulisan sampe di sini ya. Sebab udah jam 07.06. Saya kudu ke pesantren lagi. Dhuha sama anak-anak santri dan asaatidz. Nanti terusin lagi setelah dhuha. Yah, begini dah cara saya nulis. Pegimana situasinya. Kadang baru rapih nulis setelah seminggu! He he he. Ga apa2 dah. Toh nanti saya ngaploadnya ke web www.wisatahati.com sudah dalam keadaaan utuh. Tidak terpotong-potong. Ini sekalian dokumentasi perjalanan penulisan yang sebenernya. Rentang antara jam 6 sampe jam 7 ini saja, hanya sedikit paragraf yang tertulis. Sebab sambil mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain juga).

***

Alhamdulillah, jam 21.27 bisa nulis lagi. Sekarang ini, pas saya nulis, pas bertepatan dengan tanggal 4 Rabi’ul Awwal, atau 01 Maret 2009.

Semalam itu kepotong nulisnya sebab Abang terbangun dari tidurnya. Emang-emang istri saya udah sms ke saya sebelomnya bahwa Abang dalam keadaan ga enak badan. Meriangin dia punya badan. Nah, begitu saya buka laptop untuk mulai nulis, baru dapat sebait dua bait tulisan, Abang terbangun. Langsung menuju kamar saya.

Saya melihat mata Abang. Kayaknya kangen sama saya. Kata orang mah, bisa saja penyakitnya ini penyakit kangen saja. Abang saya gendong dan saya pelok. Saya ngajiin. Di pundak saya, terasa sekali badan Abang terasa panas sekali. Barangkali bangsanya di atas 30 derajat. Asli panas. Saya yang menggendong saja, keringetan sebab hawa panasnya badan Abang.

Abang nyaman sekali di pundak saya. Sementara saya lihat laptop dalam keadaan terbuka. Saya pikir, ga usah di-shut-down dulu dah. Mudah-mudahan ga lama. Tapi ya itu. subhaanallaah, Abang tertidur di jam 01-an lebih. Hampir-hampir jam setengah dua dinihari.

Saya itu demen ngajiin anak. Apalagi kalau dalam kondisi begini. Saya ngajiin Abang, Surah Yaasiin. Saat itu, sekalian saya rekamin saja pake HP saya, suara saya ngajiin Yaasiin si Abang. Berharap jadi doa buat semua anak di Indonesia, dan buat semua yang sakit.

Abang nyaman sekali dingajiin. Pelan-pelan panasnya secara ajaib turun, dan abang tertidur.

Tapi sudah malam sekali. Saya belum tidur, dan saya perlu tidur. Supaya bisa tetap bangun malam, dan shubuh berjamaah. Subhaanallaah, maasya Allah, astaghfirullah. Betapa Allah Maha Sakti sekali. Dia ga tidur, dan ga perlu tidur. Dia 24 jam mengurus kita, langit dan bumi-Nya, tanpa tidur dan tanpa istirahat. Beda sekali dengan kita, manusia ciptaan-Nya. Ya terang saja.

Akhirnya saya memilih tidur. Laptop yang saya biarkan hidup tadinya, kemudian saya shut-down juga. Saya memilih istirahat. Pikir saya, akan saya lanjutkan pagi ba’da shubuh dan sebelum dhuha.

***

Saya sengaja merekam suara saya. Tujuannya memberi pengajaran kepada diri saya. Bahwa bacaan al Qur’an bisa menjadi obat buat anak-anak kita. Kadang saya memilih shalat dulu dua rakaat, shalat hajat. Sebagai media saya berdoa kepada Allah untuk kesembuhan anak saya. bilamana dirasa perlu, saya tetap berangkat ke dokter atau ke rumah sakit, sebagai ikhtiar dunia saya. Namun, shalat dan mengaji, tetap saya pergunakan sebagai jalan untuk mengundang pertolongan Allah datang.

Hampir di setiap pagi saya cium ubun-ubunnya anak-anak saya, dan saya bacakan al Faatihah. Sebagai doa juga buat mereka. Bahkan tidak jarang anak saya menagih untuk dibacakan doa oleh saya. Subhaanallaah, pastilah kedekatan saudara dengan anak-anak saudara, lebih dekat ketimbang saya dengan anak-anak saya.

Karena alhamdulillah saya sudah hafal Yaasiin, saya sembarang waktu membaca Yaasiin untuk anak-anak saya, dan untuk orang lain.

Begini saya berdoa sebelum saya baca Yaasiin: “Yaa Allah, saya mau baca Surah Yaasiin. Berikan pahala dan kebaikan membaca surah ini, untuk saya, untuk anak-anak saya; Kaka Wirda, Kaka Qumii, Abang Kun, Dede Haafidz; untuk istri saya, untuk ibu saya, untuk ibunya istri saya, untuk ayah saya, untuk ayahnya istri saya, untuk segenap orang-orang tua yang sudah meninggal dunia (saya kemudian menyebut orang-orang spesial di dalam keluarga saya); untuk santri-santri di Daarul Qur’an Ketapang, Daarul Qur’an Bulak Santri, dan Daarul Qur’an di seluruh tanah air, untuk wali-wali santrinya, untuk guru, staff, manajemen, karyawan, untuk tukang-tukang yang bekerja, dan semua yang terlibat dengan kegiatan mulia Pesantren Daarul Qur’an dan keluarganya. Untuk pesantren-pesantren lain di seluruh dunia, dan semua yang terlibat di dalamnya; untuk mereka yang membantu kami, untuk mereka yang tidak membantu kami; untuk mereka yang memudahkan, untuk mereka yang mempersulit; untuk mereka yang memberikan jalan, untuk mereka yang menutup jalan; untuk mereka yang membahagiakan, untuk mereka yang ngeselin; untuk mereka yang terbuka, untuk mereka yang tertutup; untuk mereka yang menguntungkan, untuk mereka yang merugikan; untuk mereka yang pernah saya rugikan, saya kecewakan, untuk mereka yang pernah saya untungkan, untuk mereka yang pernah saya bahagiakan; untuk mereka yang memiliki masalah dengan saya, untuk mereka yang tidak memiliki masalah dengan saya; untuk yang dekat, untuk yang jauh, untuk yang kelihatan, untuk mereka yang tidak kelihatan; untuk mereka yang mendoakan, untuk mereka yang mendiamkan; untuk semua yang berhubungan dengan saya, Wisatahati, Daarul Qur’an, PPPA, dan untuk semua yang tidak ada hubungannya sama sekali; untuk mereka yang pernah saya datangi, saya kunjungi, dan untuk mereka yang belum saya datangi, yang belum saya kunjungi; untuk bumi yang pernah saya injak dan masyarakatnya. Dan untuk bumi yang belom saya injak; untuk jamaah dan keluarganya; Untuk segenap kaum muslimin muslimat, untuk segenap permasalahan yang sedang kami hadapi, untuk semua hajat yang kami sedang munajatkan, untuk kesehatan kami semua, untuk ampunan dan maaf-Mu, untuk kemudahan dan ridha dari-Mu atas segala ikhtiar dan ibadah kami… al Faatihah…”.

Begitu.

Selanjutnya saya bacakan Surah Yaasiin dah, dengan satu kelegaan hati, bahwa keberkahannya saya coba perbesar dengan doa saya tadi. Termasuk saya mohonkan agar bacaan Yaasiin tersebut bisa menjadi penolak bala buat semua yang disebut, penghindaran dari penyakit-penyakit berat dan mematikan, su-ul khaatimah, dan bisa mendatangkan kebebasan dari api neraka dan siksa kubur.

Subhaanallah, pengabulan adalah sebagaimana doa kita. Bacaan Yaasiin yang sederhana, menjadi tidak sederhana. Sebab disertai doa. Yang demikian ini mudah saja bagi Allah.

Ok, saya sertakan di dalam file yang ini, bacaan Surah Yaasiin saya. Alhamdulillah. Silahkan mendownloadnya. Bacaan Yaasiin ini saya baca sambil gendong anak saya (Abang Kun) yang sedang panas, sebagai doa.

Cukup dulu ya. Sudah jam 21.54. Tadi tau ga? Pas sedang nulis tentang anak-anak saya yang suka nagih minta didoakan, Wirda, putri pertama saya, 7 tahun, mendatangi “meja kerja” saya (kebetulan saya sedang ngetik di meja makan, he he he. Habis, mau makan, malah mood nulis. Ya sudah, makannya entar-entaran aja. Malah lagi hilang nih kepengennya). Wirda mendatangi saya, dan meminta didoakan, sebab mau tidur. Alhamdulillah.

Waba’du, sering-sering mendoakan anak. Sering-sering mengusap anak sambil baca istighfar, sambil baca shalawat, sambil baca al Qur’an. Anak-anak kita ga cuma butuh makanan fisik saja. Ia butuh doa kita semua.

Doa bi doa supaya kita bisa istiqamah di tahajjud dan dhuha, dan juga semua ibadah yang kita doyanin. Insya Allah ya. Amin.

Kita lanjut lagi besok-besok ya. Terima kasih. Khususnya kita lanjut tulisan yang berjudul: “Undang Allah Saja”. Insya Allah. Doakan bener ya.
Updated : 2009-03-09
(InsyaAllah akan disertakan dalam Dhuhaa Coffe bagian ini, audio pembacaan surah Yaasiin oleh Ustadz Yusuf yg khusus mengajikannya bagi anak yang sedang panas badannya. webadmin)
Sumber : http://www.wisatahati.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=97