Jumat, 25 September 2009

Undang Allah Saja-2

5 Rabi’ul Awwal 1430 H/02 Maret 2009. Sebelum shubuh. Di waktu di mana Raja Diraja turun ke langit dunia, saya berjalan menyisir koridor jalan dari gerbang pesantren menuju mushalla pesantren di belakang kawasan jamblang Corner.

Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat. Rasanya baru kemarin saya yang menjadi murid, yang menjadi santri. Sekarang menjadi guru, menjadi ustadz, he he he. Kemaren yang belajar mengaji. Sekarang jadi yang mengajar ngaji. Rasanya baru kemaren sore maen layangan bercelana pendek. Kini, anak udah empat. Kalaulah umur berisi kesia-siaan, tentulah kita menjadi yang menangis di alam kubur.

Pukul 02.30-an, Dede Haafidz, bayi kami yang lahir 17 Agustus 2008, “ngebangunin” saya dan istri. Malaikat Allah yang satu ini memang disiplin sekali membangunkan ayah ibunya. “Dua rakaat tahajjud,” begitu sabda Baginda Rasulullah SAW, “Khairun minad dunyaa wa maa fiihaa, lebih baik daripada dunia dan seisinya”.

Alhamdulillah, riyadhah 40hr kembali ditempuh. Di antaranya, menjaga shalat fardhu berjamaah, menjaga shalat-shalat sunnah; qabliyah, ba’diyah, dhuha minimal 6 rakaat, tahajjud dan witir 11 rakaat, dan puasa. Ketika saya ditanya, kenapa musti 40hari? Saya jawab sementara, “Demen saja”. Nawaitunya ngebersihin diri, ngebersihin hati. Dan agar dekat sama Allah. Urusan fiqh nya, nanti saja didiskas. Kebetulan, senen ini santri-santri Daarul Qur’an Internasional berpuasa. Saya izin sama istri untuk segera bergegas ke pesantren. Nyahur sama santri. Santri-santri di Daarul Qur’an, tidak sedikit yang berpuasa Daud. Sehari puasa sehari tidak. Riyadhah yang beginian, bagus dijadikan TC. Dijadikan Training Center buat diri kita. Kita “ikat” diri kita dengan satu masa, supaya ada ukuran kedisiplinan. Alhamdulillah. Begitu usai 40hr, diulangi lagi. Selesai 40hr, diulangi lagi. Selesai 40hr, diulangi lagi. Akhirnya kan kejaga selama hayat dikandung badan. Subhaanallaah. Tak ada maksud riya’ dan sum’ah. Ah, kadang kalau mengajar amal, suka bingung juga kalo dihadapkan pada riya’ dan sum’ah. Biar saja dah. Ini kan “targhiiban linnaasi fil iqtidaa, supaya orang lain mengikuti, sehingga jadi uswatun hasanah”.

Riyadhah 40 hari ini cocok sekali menjadi suluk. Menjadi jalan-jalan untuk taqorrub ilallaah. Menjadi jalan untuk dekat sama Allah. Cocok juga buat mereka yang pengen diampuni Allah, pengen disayang Allah, pengen ditolong Allah, pengen dikabul doa-doa, pengen dikabul hajat-hajat. Tidak sedikit yang membid’ahkan. Bagi saya mah, urusan riyadhah ini bener-bener seperti memasang target bagi diri saya sendiri untuk disiplin. Bahkan ada absensi riyadhah, untuk mengukur kedisiplinan menjalankan yang wajib dan yang sunnah. Di awal-awal seperti keisengan. Masa ibadah koq dicatat-catat. Tapi dulu, di awal, saya kaget juga. Untuk menegakkan shalat sunnah qabliyah ba’diyah saja, susahnya minta ampun. Banyak absen yang bolongnya, he he he. Dengan riyadhah, saya bisa mengukur diri, dan menjadikan semacam kewajiban diri untuk shalat dhuha. Jika tidak, maka absen di kolom dhuhanya, bolong. Demikian.

Pondok di pagi dini hari, adem banget. Dan terasa nikmat sekali. Jam 3 dinihari sudah ada dentingan suara sendok beradu dengan piring. Ada yang “silent”, sebab pakai tangan. Suara canda anak-anak santri, sahut menyahut dengan suara kodok, jangkrik, dan binatang-binatang malam. Asyik. Suasana begini mahal terasa.

Sebagiannya ada yang memilih shalat malam dulu, baru nyahur. Ada yang memilih nyahur dulu, baru shalat malam.

Subhaanallaah. Saya mengetik untuk Dhuhaa Coffee ini di tengah-tengah mereka yang sedang sahur dan shalat malam. Bahkan ada banyak yang membaca al Qur’an, siap-siap setoran hafalan ba’da Shubuh. Wajah-wajah ngantuk tapi ikhlas, terpancar dari wajah mereka semua. Mereka inilah yang kelak akan menyelamatkan bangsa ini, bukan hanya menyelamatkan orang-orang tua mereka dan keluarganya. Menyelamatkan dengan doa mereka, dengan ibadah mereka, dengan pikiran dan perjuangan mereka belajar, menuntut ilmu. Mohon doa dari semua kawan DhuhaaCoffee agar pesantren Daarul Qur’an Internasional menjadi pesantren yang berkah dan bermanfaat. Doa saya untuk semua ma’had di Indonesia dan di belahan buminya Allah yang lain.

***

Siang kemaren ada santri yang menemui saya. meminta doa dan nasihat,bahwa katanya dirinya sedang kendor semangatnya. Tapi dia mau berusaha mengembalikan semangat.

“Dli… Turun semangat, boleh. Tapi jangan dalam-dalam. Cukup satu level saja turunnya. Dan jangan lama-lama. Habis itu harus naik lagi. Dan naiknya, jangan satu level yang sama. Kudu dua level. Sebab kalo satu level, itu namanya ga ada peningkatan. Nanti turun lagi, ga apa-apa. Tapi naikkan lagi dua level. Begitu seterusnya”. Demikian saya memberikan nasihat. Nasihat ini nasihat para ustadz saya, dulu ketika saya belajar. (Sekarang pun sejatinya masih jadi murid, masih akan terus belajar. Sampai akhir hayat). Sekarang, nasihat ini saya nasihatkan sama murid saya. Alhamdulillah.

Di dalam proses belajar KuliahOnline (saat ini baru Kuliah Tauhid), Riyadhah, dan DhuhaaCoffee, kadang saudara-saudara akan merasa kelelahan. Namanya juga lelah, istirahat saja. Tapi habis itu ngebut lagi.

Saya usap kepala santri tersebut pelan, dan saya katakan kepadanya, “Dli, kamu pasti bisa. Kamu malah bisa menjadi pemimpin, bisa menjadi pebisnis. Yang kelak memback-up pesantren-pesantren tahfidz. Menjadi Penjaga agamanya Allah…”.

Kebetulan, saya katakan ini di depan santri yang ayahnya juga lagi datang. Sekalian meminta doa kepada ayahnya agar santri Adli ini diberikan kesabaran dalam menuntut ilmu dan beribadah di pondok.

***

Kemaren, 4 Rabi’ul Awwal, atau bertepatan dengan 1 Maret 2009, di Daarul Qur’an Internasional dilakukan pemancangan tiang pertama untuk pembangunan gedung tahap II. Tiang yang dipancang, tiang besar setinggi 13 meteran kalo ga salah.

Alhamdulillah, setelah menyelesaikan gedung pertama, setinggi lima lantai, kini Allah memberikan amanah kepada Daarul Qur’an untuk membangun gedung kedua, setinggi 12 lantai.

Gedung pertama, yang lima lantai, melambangkan shalat fardhu. Melambangkan shalat yang wajib. Ditaruhnya di posisi terdepan saat ini dari Kompleks Pesantren Tahfidz – Daarul Qur’an Internasional. Seakan-akan bicara: Benahin dulu yang wajib. Tegakkan dulu yang wajib. Beresin dulu amalan-amalan wajib.

Gedung yang kedua ini, 12 lantai. Melambangkan shalat sunnah dhuha sampe pol. Sampe 12 rakaat. Kawan-kawan DhuhaaCoffee kudu maen nih ke Pesantren Daarul Qur’an Internasional, untuk melihat dan mendoakan. Sekalian silaturahim dan menuntut satu dua ilmu bersama santri dan asaatidz di pesantren. Ga usah niat ketemu saya. Niat berkunjung saja. Ini kan gedungnya saudara. Gedung DhuhaaCoffee. Sebab kami menyebutnya gedung “Dhuhaa”. Kalau yang 5 lantai, kami menyebutnya Gedung “al Ikhlas”.

Lewat Gedung Dhuhaa ini kami bicara, setelah beres yang wajib, hidupin juga yang sunnah. Jalanin ibadah-ibadah sunnah. Di antaranya Dhuha. Sewaktu-waktu, polin sampe 12 rakaat. Jangan hanya dua. Dan diistiqamahkan di level 4 rakaat. Syukur-syukur istiqamah di 8 rakaat. Saya pribadi, disiplinnya hanya 4 rakaat, he he he. Sebab tidak gampang, menjalankan kedisiplinan atau keistiqamahan di tengah kesibukan. (harusnya ga usah nyebut “tidak gampang” ya? Tapi ya inilah kenyataan).

Di Gedung Dhuhaa ini nanti berdiri kompleks pendidikan terpadu. Mulai dari asrama putera-puteri, kelas-kelas, aula-aula, perkantoran, rooms untuk pengajar/pembina, sports center, masjid, pertokoan, dan lain-lain. Kami tiada henti meminta doa dari semua jamaah.

Sepanjang pagi sampe sore, alhamdulillah acara berlangsung khidmat. Santri-santri menikmati masa depan pesantrennya. Pesantren yang mereka banggakan. Yang muncul di tengah kegersangan bangsa ini, di tengah krisis yang mendera bukan hanya di tanah air, tapi juga di masyarakat internasional.

Ok, udah mau azan shubuh. Saya siap-siap shalat shubuh dulu. Ntar diterusin lagi.

Eh, malah nerusin nulis “Undang Allah Saja” nya, malah belum ya? He he he. Insya Allah dah nyampe ke pembahasan tersebut. Jazaakallaah ahsanal jazaa atas perhatiannya mengikuti DhuhaaCoffee.

Sumber : http://www.wisatahati.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=97
pdated : 2009-03-11