Undang Allah Saja (Bag.8)
“Kalo kita pengen bikin taman, kita panggil Allah saja…”.
Begitu kalimat yang terngiang di telinga saya, ketika ada pertemuan dengan para asaatidz dan pengurus pondok.
Sebagai manusia, kami-kami pun suka salah dan tidak disiplin dalam memegang prinsip “mengundang Allah saja”.
Dalam satu kesempatan pengen punya taman yang bagus, sebab merasa ada uang, yang kami lakukan adalah melakukan survey. Survey kemana mencari mitra tukang taman yang bagus dan harganya murah.
Uang saat itu ga seberapa. Tapi bisalah kami memulai pekerjaan. Dengan harapan, uang akan segera mengalir untuk pekerjaan taman.
Namun, di sinilah seni nya. jika yang kita panggil tukang taman, maka yang ada adalah tagihan, he he he. Yang ada adalah bon. Hutang. Percaya atau tidak, inilah yang terjadi.
Di sini pula lahir satu pengalaman yang membuat kami bisa bertutur: Nginjek rem sebentar, baru jalan ikhtiar. Ini kadang jauh lebih efektif.
Dalam bahasa yang lain: Nge-rem untuk sowan dulu ke Allah, dan mengundang-Nya datang.
Ketika kami mencari manusia, ikhtiarnya adalah ikhtiar biasa. Siapapun yang punya duit untuk DP awal, ya bisalah mencari tukang-tukang taman dan belanja bahan-bahan untuk pembuatan taman. Tapi sekali lagi, ini adalah ikhtiar biasa.
DP punya, niatan ada. Nah, kenapa ga mengerem dulu? Shalat lah dulu dua rakaat. Shalat hajat. Tembusin dulu dengan shalat dhuha, shalat malam, baca al Qur’an, dan berdoa. Bikin khataman-khataman al Qur’an. Bikin sedekah-sedekah seputar taman; bagi-bagiin pohon untuk masyarakat, untuk tamu-tamu pondok, dan lain sebagainya.
DP yang ada, jangan buru-buru dijadikan DP untuk tukang-tukang taman yang dipilih menjadi mitra. Tahan dulu. Lebih baik disedekahkan saja itu DP. Ingat kisah masjid ya? Di artikel DhuhaaCoffee terdahulu.
Lakukan dulu ikhtiar langit: Mengundang Allah.
Bila Allah sudah datang, maka akan ada manusia-manusia yang “menyelesaikan” taman sesuai dengan apa yang kita impikan. Atau malah lebih bagus lagi. Sebab yang mengerjakan adalah Allah!
Kalau yang mengerjakan adalah Allah, maka tanggung jawab uangnya pun ada di Allah, he he he. Kita-kita ga perlu lagi bayar. Bener-bener Allah yang akan menyelesaikan.
Ini jabbariyah bukan? Koq sepertinya kayak pasrah sama takdir ya? Ga ada ikhtiarnya?
Loh bukan. Tetap saja ikhtiar. Hanya, biasanya kalau ada duit DP untuk taman, kami-kami langsung terbang mencari tukang-tukang taman, ini nge-rem sebentar. Tunda aja barang dua-tiga hari. Lakukan riyadhah taman dulu. Begitu kami biasa bercanda dalam sebutan.
Hasilnya, luar biasa.
Kami tetapkan, misalnya, dalam 3, 7, 14, 21, 40 hari kami beriyadhah meriyadhahi taman. Kalo 40 hari kelamaan, kita pilih 21 hari. Jika kelamaan, kami pilih 14 hari. Jika kelamaan, kami pilih 7 hari. Jika masih kelamaan juga, kami pilih 3 hari. Kalo pilihannya makin sedikit, riyadhahnya harus lebih kenceng dan muatannya lebih hebat lagi. Maklum, kalo pengen cepat, ya ongkosnya harus lebih mahal. Kira-kira begitu dah. Misalnya, dhuhanya dipilih 4 rakaat. Lalu karena riyadhahnya ditetapkan 3 hari, maka dhuhanya dimentokin sampe 12. Pengikut riyadhah juga ditambah jumlahnya. Jika sebelumnya hanya PIC di urusan taman saja, ini dia libatkan dari grup/divisi yang lain. Supaya bertambah banyak pasukannya. Demikian.
Setelah 3 hari berlalu, maka di hari ke-4 nya, barulah kemudian jalan mencari tukang taman. Begitu. Top dah. Kita bisa bersabar dalam ikhtiar. Barangkali ini juga yang dimaksud Allah dari firman-Nya: “Carilah Pertolongan Allah dengan jalan sabar dan shalat”.
Apa yang terjadi kemudian? Dua hal yang kami yakini:
Pertama, kami tetap jalan ke tukang-tukang taman. Mencari yang bisa kerja dengan dimulai pembayarannya dari DP yang kami punya. Lalu bayar seluruh pekerjaan dengan cara mengangsur sesuai kekuatan kami. Kalau kemudian Allah “tidak datang” sampe di sini, maka kami yakin, bahwa Allah benar-benar akan memberikan kami rizki untuk membayar sisa kekurangan pembayaran pengerjaan taman.
Kedua, kecepatan Allah datang, akan lebih cepat dari kaki kami berjalan menuju tukang taman yang dituju. Bisa saja kemudian Allah menghadirkan pengusaha taman, he he he. Lalu pengusaha taman ini melihat-lihat pondok, dan menawarkan sendiri pengerjaan taman sebagai sedekahnya! Aha! Inilah yang kami maksud “Undang Allah Saja!”. Sebab memang akan amazing!
Dan sebenernya, di-dua-dua hal di atas, dua-duanya sudah di-take-over Allah. Kalaupun kami jadinya ke tukang taman, ya kami percaya, tetap saja akan Allah bukakan pintu rizki-Nya untuk kami.
Lebih cepet dan lebih gila lagi hasilnya, jika kami (saya dan kawan-kawan pengurus pondok), berkenan menyedekahkan saja DP tersebut ke Allah. Tukar itu DP menjadi sedekah. Ini akan lebih mendatangkan Keajaiban-Nya.
Demikian ya kawan-kawan kajian DhuhaaCoffee. Allah punya segala yang kita butuhkan. Lihat saja, Allah membentuk pegunungan, sungai-sungai yang berkelok, danau-danau, lautan, dengan pemandangan-pemandangan yang eksotis. Lebih eksotis dari “taman yang kami pesan” kepada Allah. Kayaknya, kalau kami meminta dibuatkan taman untuk pesantren, ini jauh jauh lebih kecil dan sederhana, dibanding DIA mengcreate alam dengan segala keindahannya. Dan ketika Allah membuat alam ini, DIA tidak meng-out-source pekerjaan pembuatan alam ini kepada “tukang alam”. DIA bekerja sendiri, dengan Kekuatan-Nya.
Saya seringkali mengulang-ngulang kalimat ini kepada para santri dan keluarga besar pesantren ketika dhuha: Ketika Allah ingin menghijaukan padang pasir, apa yang Allah lakukan? Apa DIA mengontak PDAM untuk mengatur aliran air? DIA mengontak kementerian PU untuk mengaturkan irigasi ke padang pasir? Allah order rumput, bibit pohon? Dan kemudian Allah membuka lowongan pekerjaan untuk pengurus taman padang pasirnya? Tentu saja tidak. Cukup bagi-Nya berkata: Kun, Fayakuun. Jadi, maka jadilah.
Disebut ber-Kun Fayakuun juga berproses. Allah gerakkan angin, Allah curahkan hujan. Angin membawa bibit, dan hujan menyirami itu bibit dan tanahnya. Kemudian menghijaulah. Dan Allah hias dengan cara-cara-Nya yang misterius, hingga jadilah kebun kurma dan anggur.
Sesiapa yang kepengen kemudahan, undanglah Allah. updated : 2009-03-27
Sumber : http://www.wisatahati.com/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=97
Jumat, 25 September 2009
Undang Allah Saja-8
Posted by
Harry Anggono
Labels:
Agama Islam